Minggu, 14 Agustus 2016

Alasan Kita Menunda Pekerjaan

Alasan Kita Menunda Pekerjaan - Kerapkali, selanjutnya orang bakal terasa bersalah bila mesti tunda pekerjaan.

Beberapa besar saat, kita tunda pekerjaan, lantaran tidaklah terlalu perduli dengan proyek yang tengah dikerjakan. Seringkali juga kita sesungguhnya perduli, tetapi, tanpa ada argumen yang kita sendiri memahami, kita tetap harus menundanya.

Dalam satu titik dalam kehidupan, manusia tentu pernah rasakan waktunya dimana kita mesti tunda pekerjaan untuk lakukan pekerjaan yang lain. Tetapi pertanyaannya, mengapa mesti dipending?

Tetapi menyingkirkan rutinitas jelek yang telah umum atau sudah tertanam sebagai ciri-ciri memanglah susah.

Dilaporkan dalam Psychology Today, ada 4 segi sebagai basic dalam kecenderungan tunda. Yaitu nilai dari penyelesaian pekerjaan, deadline, usaha, serta jati diri diri. Simak penuturannya!

1 dari 5 halaman
Lakukan atau abaikan?

Lakukan atau abaikan?

Semuanya bermula dari pilihan yang gampang, kerjakan atau tak.

Tetapi pilihan ini meluas : lakukan pekerjaan yang tidak sama, kerjakan suatu hal mengasyikkan, atau bermalas-malasan.

Ketentuan untuk kerjakan suatu hal sebenarnya ditetapkan oleh seberapa jauh kita menghormati hasil akhir pekerjaan. Psikolog sebut fenomena ini sebagai 'nilai subjektif'. Rutinitas tunda berlangsung ketika kita lebih menghormati nilai pekerjaan lain di banding nilai pekerjaan yang perlu dikerjakan.

Langkah menghindarinya yaitu dengan meningkatkan nilai subjektif dari pekerjaan yang perlu dikerjakan sekarang ini. Hal semacam ini dapat dikerjakan lewat cara meningkatkan nilai proyek, turunkan distraksi, atau gabungan keduanya.

Misalnya, di banding bersih-bersih tempat tinggal, fikirkan kenapa kerjakan pekerjaan kuliah lebih utama untuk hari esok Anda. Ini kiat sederhana-- tetapi, kesusahan dalam prakteknya dapat berlangsung, lantaran ada dorongan serta desakan yang menyepelekan nilai proyek.

Deadline

Beberapa besar manusia kerapkali tak rasional dalam lakukan penilaian. Misalnya, duit Rp. 100 ribu bakal mempunyai nilai yang sama pada hari ini serta untuk satu minggu ke depan. Tetapi, nilai subjektifnya, rasa suka serta senang kita dalam terima jumlah itu tergantung pada aspek lain terkecuali angka.

Dorongan distorsi dalam menghormati duit serta harta yang lain dimaksud 'diskon yang tertunda'. Misalnya, satu studi tunjukkan, terima Rp. 1, 4 juta tiga bln. dari saat ini mempunyai reaksi yang sama juga dengan terima Rp. 1, 1 juta saat ini juga. Dengan cara logika, mereka lebih pilih kehilangan Rp. 300 ribu daripada menanti sebagian bln. untuk hadiah yang semakin besar.

Aspek yang lain dapat juga memengaruhi nilai subjektif. Seperti berapakah banyak pendapatan serta pengeluaran. Tetapi, selanjutnya, nilai subjektif serta nilai objektif tak pernah sama persis.

Potongan harga yang terlambat adalah aspek dalam tunda pekerjaan, lantaran selesainya proyek berlangsung di hari esok. Dalam kata lain, merampungkan pekerjaan yaitu 'hadiah' yang terlambat. Nilai di saat saat ini tampak lenbih kecil dari semestinya. Lebih jauh deadline satu proyek, makin tak menarik perhatian serta prospek untuk ditangani saat ini.

Studi sudah tunjukkan kalau kecenderungan tunda pekerjaan serupa dengan jenis versus fenomena ekonomi dari potongan harga yang terlambat. Hingga, beberapa orang yang menyebutkan diri 'tukang menunda' tunjukkan dampak yang semakin besar. Mereka 'men-diskon' nilai kesuksesan lebih awal di banding beberapa orang umumnya.

Satu diantara langkah untuk meningkatkan nilai pekerjaan yaitu untuk bikin garis finis tampak lebih dekat. Misalnya, cobalah pikirkan dengan cara terang hadiah yang Anda terima di hari esok dapat kurangi dampak potongan harga yang terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar